Laba/Rugi operasi setelah dikurangkan dengan beban bunga, laba/rugi penjualan aset, maupun biaya lain-lain akan menjadi laba/rugi sebelum pajak penghasilan yang setelah dikurangkan pajak penghasilan akan menjadi laba bersih perusahaan pada periode pembuatan laporan keuangan laba/rugi tersebut. Ada beberapa konsep yang dapat dipakai untuk menganalisa laba/rugi bersih perusahaan ini. Mari kita bahas satu persatu
contoh letak laba/rugi bersih pada laporan rugi/laba
Konsep pertama untuk menganalisa laba bersih, apakah perusahaan membukukan laba bersih yang menunjukan tren meningkat secara histori. Laba bersih pada satu tahun tertentu saja tidak menunjukkan sesuatu yang dapat kita analisa. Kita akan lebih tertarik pada perusahaan yang membukukan laba bersih yang konsisten menunjukkan tren meningkat dari satu tahun ke tahun berikutnya.
Catatan : karena program buyback saham oleh perusahaan, memungkinkan untuk terjadinya perbedaan tren pada hitory laba bersih perusahaan dengan history laba per saham. Buyback saham yang dilakukan perusahaan akan meningkatkan laba per saham karena mengurangi jumlah saham yang beredar. Jumlah saham yang beredar berkurang akan mengurangi pembagi dalam menghitung laba per saham, sehingga laba per sahamnya akan meningkat walau mungkin dalam kondisi laba bersih perusahaan tidak meningkat pada tahun itu. Bahkan jika ingin ekstrem, laba bersih pada tahun tersebut sebenarnya turun, tetapi karena ada buyback laba per saham menjadi meningkat.
Sehingga walau banyak analis finansial menggunakan laba per saham, kita tetap harus melihat pada laba bersih untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Rasio laba bersih dibandingkan dengan total penjualan adalah hal yang akan kita amati berikutnya. Perusahaan pemenang akan membukukan rasio yang lebih baik daripada kompetitor pada industrinya. Jika anda diberikan pilihan, mau memilih perusahaan dengan laba bersih 2 Milyar Rupiah dari total penjualan 10 Milyar Rupiah atau perusahaan dengan laba bersih 5 Milyar Rupiah dari total penjualan 100 Milyar Rupiah? Saya akan lebih memilik perusahaan pertama. Karena perusahaan ini membukuan laba bersih 20% dari angka penjualan, sedangkan perusahaan kedua membukukan 5% saja. Itulah mengapa pada pembahasan pertama mengenai total penjualan saya pernah mengatakan tidak banyak yang dapat diartikan dari sebuah total penjualan, sebesar apapun penjualannya. Rasio laba bersih terhadap total penjualan lah yang dapat memberitahukan kita lebih mengenai ekonomi dari bisnis tersebut.
Coca-Cola memiliki rasio laba bersih terhadap total penjualan sebesar 20%, Moodys 31% yang menunjukan perusahaan-perusahaan ini superior. Perusahaan penerbangan Southwest Airlines, yang konsisten membukukan profit, hanya memiliki rasio 7%, yang merefleksikan bahwa bisnis ini merupakan industri yang sangat kompetitif. Bagaimana dengan perusahaan biasa-biasa saja? GM pada tahun-tahun baik (sewaktu mereka tidak rugi, walau jarang) hanya membukukan 3%.
Filter sederhana kita terhadap laba bersih perusahaan adalah membukukan secara konsisten rasio laba bersih terhadap total penjualan lebih besar dari 20%. Tentu ada pengecualian terhadap industri tertentu. Kita juga harus membandingkan dengan perusahaan sejenis pada industri yang sama untuk mengetahui berapa rasio rata-rata industri itu. Hanya perusahaan seperti ini yang akan masuk dalam watchlist kita untuk menunggu kapan bursa akan memberikan harga yang wajar untuk kita beli. Harga yang wajar bukan berarti menunggu market krisis atau crash. Kita akan memperlajari cara menghitungnya nanti.
Pengecualian untuk filter di atas adalah untuk industri bank dan perusahaan finansial. Industri ini jika membukukan rasio laba bersih yang tinggi terhadap total penghasilan menunjukan bahwa perusahaan atau manajemen perusahaan tidak mengindahkan resiko. Jika kita melihat perusahaan finansial atau bank yang menunjukkan rasio ini dengan angka yang luar biasa, dapat mengindikasikan bahwa manajemen perusahaan mengambil resiko yang lebih besar untuk mendapatkan uang mudah dengan memberikan kelonggaran kredit. Karena hanya itulah cara perusahaan pada industri ini untuk mendapatkan uang. Bagaimana menurut Anda perusahaan perbankan atau finansial yang memberikan kredit secara mudah hanya untuk mendapatkan uang sesaat? Tentu tingkat kredit macetnya akan sangat mengkhawatirkan kita jika memegang sahamnya.
Kita coba hitung laba bersih dan rasionya terhadap total pendapatan KLBF seperti pada contoh di atas. Pada postingan sebelumnya kita sudah membahas mengenai mengapa laba penjualan aset dan biaya rupa-rupa kita keluarkan dari perhitungan. Sehingga pada contoh di atas, bagian tersebut saya silang.
Tahun 2012
Laba Operasi = Rp 2.217.760.040.587
Beban Bunga = Rp 7.513.612.249
Laba Sebelum Pajak = Laba Operasi - Beban Bunga = Rp 2.210.246.428.338
Pajak Penghasilan = Rp 532.918.244.560
Laba Bersih = Rp 1.677.328.183.778
Rasio Laba Bersih terhadap Total Penjualan = 12.30%
Tahun 2013
Laba Operasi = Rp 2.548.918.930.790
Beban Bunga = Rp 28.642.082.811
Laba Sebelum Pajak = Laba Operasi - Beban Bunga = Rp 2.520.276.847.979
Pajak Penghasilan = Rp 602.070.267.545
Laba Bersih = Rp 1.918.206.580.434
Rasio Laba Bersih terhadap Total Penjualan = 11.98%
Nah setelah kita menghitung rasio laba bersih 2012 dan 2013, apakah KLBF masih masuk dalam calon saham yang akan kita beli? Untuk konsep pertama, KLBF masuk karena perusahaan membukukan kenaikan laba bersih. Konsistensinya yang harus kita telusuri kembali dalam lima sampai sepuluh tahun kebelakang.
Untuk konsep kedua, rasio laba bersih terhadap total pendapatan tidak sampai 20%. Tugas kita berikutnya untuk memastikan apakah KLBF masih layak atau tidak adalah mencari laporan keuangan perusahaan pada industri sejenis, apakah rasio ini lebih baik? Berapakah rata-rata rasio perusahaan pada industri ini?
Selamat mencoba. Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar