Dalam mencari perusahaan super (telur emas) dengan keunggulan kompetitif jangka panjang, kita mulai dengan melihat Laporan Rugi/Laba. Laporan ini akan memberitahukan kita mengenai hasil dari operasional perusahaan selama satu periode tertentu. Biasanya dikeluarkan kuartalan (3 bulan sekali) dan pada akhir tahun. Pada bagian awal, akan dicantumkan periode waktu laporan tersebut dibuat, misal 1 Januari 2014 - 31 Desember 2014.
Contoh Laporan Rugi/Laba
Laporan Rugi/Laba (selanjutnya kita singkat R/L) terdapat tiga komponen utama. Yang pertama penghasilan perusahaan. Kemudian pengeluaran perusahaan, yang mana akan mengurangkan penghasilan perusahaan dan menginformasikan kepada kita apakah perusahaan tersebut untung atau rugi. Simpel bukan?
Apa yang kita cari di laporan ini? Apakah sekedar perusahaan tersebut menghasilkan profit atau tidak? Bagi teman-teman yang telah berbisnis lama, apa yang dapat Anda baca dari laporan ini? Saya rasa hampir sebagian besar tidak pernah memperhatikan sampai detail seperti yang akan saya sampaikan berikut.
Kita masuk saja ke komponen Laporan R/L yang pertama satu persatu untuk mencari telur emas kita.
Penghasilan / Revenue
Pada baris pertama laporan R/L selalu adalah total penghasilan atau gross revenue. Angka ini adalah total penjualan perusahaan selama satu periode pelaporan. Misal kita perusahaan textile, dan dalam satu tahun menjual Rp 4.000 Miliar baju dan kain, maka total penghasilan kotor perusahaan kita di laporan R/L tersebut adalah Rp 4.000 Miliar.
Perusahaan membukukan penghasilan kotor yang besar tidak memberikan makna atau arti apa-apa sampai kita mengurangkannya dengan biaya-biaya.
Harga Pokok Penjualan (HPP) / Cost of Goods Sold / Cost of Revenue
Tepat setelah Penghasilan kotor adalah HPP, atau bahasa umumnya adalah biaya pokok untuk membuat / menjual satu produk. HPP ini akan mengurangkan total penghasilan untuk mengetahui berapa laba atau keuntungan kotor perusahaan. Jika berdiri sendiri, kita tidak dapat menganalisa komponen ini lebih dalam. Perlu diketahui HPP/COGS/CoR hanyalah biaya raw material dan tenaga kerja untuk membuat barang tersebut. Ini tidak termasuk biaya penjualan, biaya administrasi, depresiasi, biaya bunga, dan lainnya untuk menjalankan bisnis
Laba Kotor / Gross Profit --> Gross Profit Margin
Total penghasilan dikurangkan dengan HPP akan ketemu Laba kotor perusahaan. Jika mengunakan contoh pada gambar di atas, tahun 2014 penghasilan Rp 4.811.541 dikurangkan dengan cost of revenue Rp 3.911.762 sehingga Laba kotor perusahaan tersebut tahun 2014 adalah Rp 899.799.
Gross Profit atau laba kotor jika berdiri sendiri juga hanya memberikan informasi yang sedikit. Tapi kita dapat membagi laba kotor ini dengan total penghasilan untuk mendapatkan informasi mengenai berapa profit margin perusahaan.
Gross Profit : Total Revenue = Gross Profit Margin
Filter kita mencari telur emas ada di sini, Gross Profit Margin. Perusahaan super yang kita cari haruslah perusahaan yang secara konsisten menghasilkan gross profit margin yang besar. Sebagai contoh, kita cek saham-saham yang dikoleksi oleh Warren Buffett yang meyakini bahwa perusahaan yang dia beli sahamnya memiliki keunggulan kompetitif jangka panjang. Coca-Cola selalu menunjukkan gross profit margin 60% atau lebih. Burlington Northern Santa Fe Railway 60%, Wrigley 51%, Moody's 70%. Konsisten adalah kata kuncinya. Bandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang secara jangka panjang jelek, tahun ini untung, tahun depan rugi.
Apa yang membuat gross profit margin perusahaan-perusahaan ini bisa besar dan konsisten? Karena perusahaan-perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif jangka panjang ini memiliki kebebasan untuk menentukan harga jual produk dan jasanya. Tanpa punya keunggulan kompetitif, perusahaan akan selalu bersaing dengan menurunkan harga barang dan jasa. Menurunkan harga barang / jasa sama dengan berkurangnya profit atau laba. Maka jika kita ingin mencari telur emas untuk investasi kita, carilah perusahaan dengan filter awal kriteria ini terpenuhi. Karena jika filter gross profit margin besar dan konsisten ini terpenuhi, maka secara tidak langsung kita memilih perusahaan dengan outlook longtermnya baik.
Untuk mengecek konsistensi gross profit margin, kita harus mengecek setidaknya 5 - 10 tahun kebelakang. Semakin konsisten, menunjukkan bahwa perusahaan ini adalah perusahaan yang memiliki prospek jangka panjang yang baik. Apakah kita perlu menunggu market atau bursa salah harga untuk perusahaan semacam ini? Cukup harga yang pantas / fair kita sudah layak untuk membelinya.
Sudahkan Anda cek gross profit margin laporan keuangan perusahaan Anda atau saham yang Anda pegang? Postingan berikutnya, kita akan membedah komponen lain dari Laporan R/L.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar