Kamis, 10 September 2015

LAPORAN NERACA (5) - ASET - Total Aset dan Return on Total Assets

Total dari Aset Lancar dan Aset Tidak Lancar adalah Total Aset. Total aset ini akan sama dengan jumlah dari total kewajiban dan modal. Total aset sangat penting untuk mengetahui seberapa efisien perusahaan menggunakan asetnya. Untuk mengukur hal tersebut, para analis biasanya menggunakan rasio return on asset. Didapatkan dengan membagi laba bersih perusahaan pada laporan rugi laba dengan total aset.

Para analis berpandangan semakin tinggi RoA akan semakin baik. Tapi sesungguhnya ada sudut pandang lain yang dapat kita lihat dari total aset yang saya rasa lebih penting daripada hanya sekedar melihat RoA nya. Apa itu? Modal atau total aset itu sendiri. Sebenarnya capital selalu menjadi penghalang untuk masuk dalam suatu industri tertentu dan salah satu yang dapat membantu sebuah perusahaan mempertahankan keunggulan kompetitifnya bertahan lama adalah biaya atau perolehan total aset tersebut yang dibutuhkan perusahaan yang ingin masuk ke industri yang sama. Coca-Cola memiliki $43 Milyar pada total aset, dan ROA nya 12%. P&G memiliki total aset $143 Milyar dan ROA 7%. Moody's hanya memiliki $1,7 Milyar total aset dan memiliki ROA 43%.

Semakin tinggi ROA sebenarnya mengindikasikan keunggulan kompetitif perusahaan tersebut rentan untuk dapat bertahan lama. Kalau melihat data di atas, diperlukan uang sebanyak $143 Milyar untuk membangun sebuah industri seperti P&G, yang sangat sulit untuk dapat terjadi pendatang baru masuk pada industri tersebut. Tapi untuk membuat sebuah perusahaan seperti Moody's, hanya membutuhkan biaya yang lebih rendah untuk masuk ke bisnis tersebut. 

Poin penting di sini adalah terkadang lebih dapat berarti kurang untuk jangka panjang.

Rabu, 09 September 2015

LAPORAN NERACA (4) - ASET - Aset Tidak Lancar - Aset Tetap



Aset tetap perusahaan berisi properti perusahaan seperti bangunan, pabrik, peralatan, perlengkapan, dan properti-properti lainnya. Nilai yang tertera adalah harga pembeliaannya yang dikurangkan dengan akumulasi depresiasi. Depresiasi adalah penyusutan aset. Setiap peralatan, perlengkapan, bangunan yang dimiliki perusahaan memiliki masa pakai atau umur yang akan mengurangkan sedikit demi sedikit setiap tahunnya nilai dari aset perusahaan tersebut sampai masa pakainya habis.

Perusahaan yang tidak memiliki keunggulan kompetisi dalam jangka waktu yang panjang akan selalu menghadapi persaingan. Yang artinya mereka akan secara konsisten melakukan udpate terhadap fasilitas pabrik untuk mencoba tetap selalu komptitif, walau sebenarnya peralatan pabrik tersebut belum habis masa pakainya. Ini tentu saja akan meningkatkan pengeluaran perusahaan dan terus menambah total aset tetap pada laporan neraca.

Perusahaan yang memiliki keunggulan komptitif jangka panjang tidak perlu secara konstan mengupgrade pabrik mereka untuk tetap kompetitif. Contoh perusahaan permen karet Wrigley. Mereka membuat permen karet dan tidak mengupdate pabrik dan perlatannya sampai masa pakai mesin dan peralatan tersebut habis dan usang.

Jadi, perusahaan dengan keunggulan kompetitif yang kita cari mengganti mesin dan peralatan karena memang masa pakainya sudah habis atau sudah tidak produktif lagi. Sedangkan perusahaan yang tidak memiliki keunggulan, perlu selalu mengupdate mesin, perlatannya hanya untuk menjaga agar produk dan jasanya tetap komptitif di pasar. Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif akan dapat membiayai sendiri pembaharuan pabrik dan peralatannya. Sedangkan perusahaan yang tidak memiliki keunggulan kompetitif akan membebankannya kepada hutang untuk secara konsisten untuk terus mengupdate pabriknya. 

Kita lihat perbandingan contoh perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif dan tidak. Wrigley pada tahun 2007 memiliki pabrik dan perlengkapannya senilai $1,4 Milyar dan memiliki hutang sebesar $1 Milyar. Membukukan sekitar $500 Juta pertahun. Bandingkan dengan GM pada tahun yang sama, memiliki pabrik dan perlengkapannya senilai $56 Milyar, dan memiliki hutang senilai $40 Milyar, dan dalam 2 tahun terakhir mengalami kerugian.

Permen karet adalah produk yang tidak mengalami perubahan terlalu banyak dan brand Wrigley menghasilkan keunggulan kompetitif dibandingkan pesaing pada industrinya. Sedangkan GM harus berhadapan dengan banyak perusahaan otomotif dunia dan produknya harus mengalami update dan redesign agar dapat selalu bersaing dengan pesaingnya. Ini artinya GM harus selalu secara regular mengubah pabriknya untuk menghasilkan produk baru atau produk redesign.

Membuat permen karet jauh lebih menghasilkan profit daripada membuat mobil bagi shareholdernya. Coba perhatikan ini : $100.000 invest di Wrigley pada tahun 1990 akan bernilai $547.000 pada tahun 2008. Tapi berinvestasi $100.000 pada GM akan bernilai $97.000 pada tahun 2008. Ada perbedaan $460.000 lebih menghasilkan berinvestasi pada Wrigley.

Warren Buffett pernah berkata perusahaan yang menghasilkan produk secara konsisten tanpa harus banyak perubahan akan menghasilkan profit yang konsisten. Produk yang konsisten maksudnya produk tersebut tidak membutuhkan uang yang banyak untuk mengupgrade pabrik hanya untuk dapat bersaing kompetitif di pasar. Untuk menjadi kaya, pertama kita harus menghasilkan uang, uang yang banyak. Salah satu cara untuk menghasilkan uang yang banyak adalah dengan tidak menghabiskan banyak uang untuk menghasilkannya.

Selasa, 08 September 2015

LAPORAN NERACA (3) - ASET - Aset Lancar - Piutang Usaha, Biaya Dibayar Dimuka, Total Aset Lancar


Ketika perusahaan menjual produknya kepada pembeli, maka pembeli dapat membayar langsung secara tunai atau dengan term pembeliaan pembayaran mundur 30 hari setelah barang diterima pembeli. Banyak sekali term pembeliaan dalam dunia usaha, yang tidak akan saya jelaskan satu persatu di sini. Pada saat pembeli membayar dalam jangka waktu tertentu, maka pada perusahaan dicatat sebagai Piutang Usaha. Pada laporan keuangan biasanya dibuat Piutang Usaha, netto. Netto disini maksudnya Piutang Usaha tersebut dikurangkan dengan estimasi perkiraan Piutang usaha tersebut tidak terbayar karena adanya pembeli yang tidak dapat membayar hutang usahanya.

Piutang usaha, netto jika berdiri sendiri tidak banyak memberikan kita informasi mengenai perusahaan tersebut apakah memiliki keunggulan kompetitif atau tidak. Tapi data ini dapat memberikan informasi kepada kita perbedaan perusahaan pada industri sejenis yang kompetitif. Pada industri yang sangat kompetitif, beberapa perusahaan akan memberikan pelayanan kepada pembeli dengan term pembayaran yang sangat panjang, bahkan bisa sampai 120 hari. Hal ini akan membuat meningkatnya penjualan, yang akan diikuti dengan meningkatnya piutang usaha. Jika perusahaan menunjukkan rasio yang lebih rendah dari piutang usaha dibandingkan penjualan kotor terhadap perusahaan sejenis pada industri yang sama, kemungkinan besar perusahaan tersebut memiliki sesuatu yang tidak dimiliki perusahaan lainnya pada industri tersebut. Tentu saja hal tersebut merupakan keunggulan perusahaan tersebut dalam jangka panjang.

Untuk Biaya dibayar di muka dan aset lancar lainnya tidak akan kita bahas lebih jauh karena tidak banyak memberikan informasi untuk kita analisa lebih lanjut.

Seluruh aset lancar yang sudah kita bahas sebelumnya hingga hari ini, dinamakan total aset lancar. Angka total aset lancar ini sangat penting. Banyak analis yang menggunakan angka tersebut dan mengurangkannya dengan total hutang lancar. Tujuannya untuk mengetahui apakah perusahaan mempunyai aset lancar yang cukup untuk memenuhi hutang lancarnya. Para analis juga biasanya mengembangkannya dengan menghitung rasio antara aset lancar dengan hutang lancar. Jika angkanya lebih dari 1, maka menunjukkan aset lancar lebih besar daripada hutang lancar, yang artinya bagus. Sedangkan kebalikannya jika kurang dari 1 adalah jelek.

Tetapi ada hal yang menarik, perusahaan-perusahaan dengan keunggulan kompetitif jangka panjang yang dimiliki oleh Warren Buffett kebanyakan memiliki rasio dibawah 1. Moody's berada pada ratio 0.64, Coca-Cola 0.95, P&G 0.82. Yang mana jika kita menggunakan sudut pandang para analis keuangan, perusahaan tersebut akan kesulitan membayar hutang jangka pendeknya. Tapi apa yang sebenarnya terjadi, bahwa perusahaan-perusahaan tersebut memiliki laba bersih yang sangat luar biasa. Kekuatan laba bersih mereka akan membuat perusahaan tersebut memiliki banyak cara untuk membayar kewajiban jangka pendek mereka. 

Laba bersih mereka yang luar biasa membuat perusahaan-perusahaan ini dapat membagikan deviden yang besar atau bahkan melakukan buyback sahamnya. Hal inilah yang terkadang membuat perusahaan-perusahaan ini memiliki aset lancar yang rasionya dibawah 1 terhadap hutang atau kewajiban lancar mereka. Tetapi selama laba bersih perusahaan tersebut konsisten powerful, maka kita tidak perlu khawatir dengan rasio tersebut. 

Pembahasan kita mengenai Laporan Neraca, bagian Aset Lancar telah selesai. Pada kesempatan berikutnya kita akan membahas mengenai Aset Tidak Lancar pada bagian Aset Laporan Neraca. Sampai jumpa.

Senin, 07 September 2015

LAPORAN NERACA (2) - ASET - Aset Lancar - Persediaan


Persediaan adalah produk perusahaan yang sudah berada di gudang dan siap untuk dijual kepada customer. Karena laporan neraca adalah laporan yang spesifik pada satu hari tertentu, maka nilai persediaan pada neraca adalah nilai persediaan perusahaan pada tanggal tersebut.

Pada sebagian besar bisnis, persediaan yang terlalu besar dapat menimbulkan resiko, karena persediaannya bisa menjadi usang, ketinggalan jaman, atau expired. Contohnya adalah perusahaan elektronik, dimana hampir setiap tahun muncul generasi terbaru dengan fitur dan spesifikasi yang lebih baik lagi. Persediaan dalam jumlah besar tentu akan merugikan perusahaan tersebut, karena persediaan yang sudah ketinggalan jaman akan susah dikonversi menjadi uang dengan penjualan biasa. 

Tetapi seperti pada diskusi kita sebelumnya, bahwa perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif jangka panjang memiliki keuntungan, barang yang mereka produksi dan jual biasanya tidak pernah berubah atau minim perubahan sepanjang jaman. Sehingga persediaan mereka jarang menjadi usang atau ketinggalan jaman. 

Untuk mengidentifikasi perusahaan yang kita cari dari segi laporan persediaannya pada neraca, maka kita akan membandingkan kenaikan persediaan dengan kenaikan net earnings. Kenaikan persediaan harus memiliki korespondensi dengan kenaikan laba bersih. Apa artinya? Ini mengindikasikan bahwa perusahaan menghasilkan laba dari menjual produknya. Peningkatan laba bersih perusahaan berasal dari peningkatan penjualan perusahaan, maka dengan peningkatan penjualan tersebut, tingkat persediaan perusahaan juga harus ditingkatkan agar perusahaan dapat memenuhi permintaan tepat waktu.

Hati-hati terhadap perusahaan yang tingkat persediaannya tidak stabil, dalam tahun tertentu meningkat banyak, dan tahun tertentu berikutnya turun drastis. Perusahaan seperti itu tidak akan kita lihat lebih jauh.

Kembali konsistensi menjadi kata kuncinya. Mari kita cari laporan KLBF tujuh hingga sepuluh tahun kebelakang, apakah memiliki kenaikan/penurunan persediaan yang sejalan dengan kenaikan/penurunan laba bersih? Apakah hal tersebut berlangsung secara konsisten?

Note : saya menggunakan KLBF hanya sebagai contoh, karena laporan keuangannya memudahkan untuk penjelasan yang saya berikan. Bukan berarti saya mengajak untuk membeli saham tersebut. Anda semua harus bijak dan meneliti kembali laporan keuangan KLBF tersebut sebelum berinvestasi. Saya sebagai penulis saat ini dan dalam waktu 5 x 24 jam ke depan tidak memiliki saham KLBF. 

Semoga bermanfaat. Have a nice day.

Jumat, 04 September 2015

LAPORAN NERACA (1) - ASET - Aset Lancar - Kas dan Setara Kas

Contoh Neraca - Kelompok Aset

Bagian pertama dari Neraca adalah kelompok Aset. Di sini tempat semua kekayaan perusahaan dicatat seperti kas, pabrik, peralatan, patent, dan lain-lain yang digunakan perusahaan untuk membuat kekayaannya. 

Kelompok Aset sendiri terbagi menjadi dua, yaitu Aset Lancar dan Aset Tidak Lancar. Pembagian kedua kelompok aset ini berdasarkan likuiditas (seberapa cepat mereka dapat berubah menjadi uang atau kas) masing-masing aset. Aset lancar biasanya berisi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang usaha, persediaan, dan aset lainnya yang sifatnya likuid, atau bisa dirubah menjadi uang dengan cepat (dalam satu tahun atau kurang). Sedangkan yang termasuk aset tidak lancar adalah peralatan dan bangunan, investasi jangka panjang, paten, goodwill, aset tidak berwujud, amortisasi, dan aset-aset lainnya yang sifatnya tidak likuid.

Sekarang kita akan membahas bagian aset lancar pada umumnya dan nanti akan membahas kas dan setara kas pada khususnya.

Aset lancar biasa disebut juga dengan "working aseets" dari sebuah bisnis karena siklusnya. Kas digunakan untuk membeli invnetory, inventory kemudian dijual kepada customer dan vendor menjadi piutang usaha. Ketika piutang usaha ditagih dari vendor dan customer akan kembali menjadi kas. Kas --> Persediaan --> Piutang Usaha --> Kas. Siklus ini berulang terus menerus dan menunjukkan bagaimana perusahaan membuat uangnya. Economic nature dari sebuah bisnis akan terlihat dari siklus aset lancar ini, sama seperti laporan rugi/laba. Kita dapat mengetahui perusahaan memiliki keunggulan kompetitif atau tidak. Maka, mari kita lihat satu-persatu komponen aset lancar ini untuk mengetahuinya.

Kesempatan ini kita membahas mengenai Kas dan setasa kas. Yang pertama kita lihat adalah seberapa banyak kas dan setara kas yang dimiliki perusahaan. Kas dan setara kas seperti namanya berisi yang kas / cash dan yang setara dengan kas seperti deposito jangka pendek, dan aset dengan likuiditas sangat tinggi. Kas dan setara kas yang tinggi memberikan kita dua inputan, pertama bahwa perusahaan memiliki keunggulan kompeititf sehingga menghasilkan banyak sekali uang kas - yang mana tentu ini perusahaan yang kita cari. Atau yang kedua, perusahaan baru saja menjual bagian bisnisnya atau menjual obligasi, yang mana tetnu saja ini pertanda yang kurang baik. Sedangkan perusahaan dengan kas dan setara kas yang sedikit, menunjukkan perusahaan adalah perusahaan menengah saja. 

Perusahaan secara umum akan menjaga kasnya untuk mendukung kegiatan operasional. Bayangkan jika ada perusahaan yang memiliki kas sangat besar, lebih besar daripada pengeluarannya, dan kas semakin lama semakin menumpuk dan menimbulkan problem baru, mau diapakan uang kas ini? Tentu saja problem ini adalah problem yang baik bagi perusahaan.

Semenjak kas memiliki tingkat pengembalian yang rendah dalam bentuk tabungan ataupun deposito, akan lebih baik jika kas tersebut dikembalikan lagi kepada operasi bisnis atau investasi yang memberikan tingkat pengembalian atau bunga yang lebih tinggi. Sebagai contoh, mana yang lebih anda pilih? Bunga deposito yang sekarang berkisar 5 - 6% per tahun atau uang anda belikan sebuah apartemen atau properti yang dapat memberikan return 20% setahun? Anda pasti akan memilih menggunakan uang anda untuk membeli apartemen. Sama seperti bisnis, uang kas terkumpul dan menumpuk dengan cepat, lebih cepat dari pada biaya operasional menghabiskannya. Menumpuk dan terus menumpuk, maka perusahaan harus menentukan, apa yang akan digunakan dengan uang tersebut? Secara umum, perusahaan biasanya akan menggunakan kelebihan uang kas untuk melebarkan usaha, membeli bisnis baru, atau menginvestasikan uangnya pada perusahaan joint venture, buyback sahamnya, serta membagikannya dalam bentuk deviden.

Perusahaan secara mendasar memiliki tiga cara untuk menciptakan kas yang menumpuk. Yang pertama dengan menjual obligasi atau saham kepada publik yang akan menciptakan uang kas yang sangat banyak bagi perusahaan sebelum digunakan. Yang kedua, perusahaan menjual bisnis atau bagian bisnisnya atau asetnya sehingga menghasilkan tumpukan uang pada kas perusahaan. Yang ketiga, perusahaan menghasilkan uang dari operasi bisnisnya dan menghasilkan uang jauh lebih besar daripada pengeluaran operaisonalnya. Dari ketiganya, tentu kita akan mencari perusahaan yang ketiga, yang menghasilkan uang selalu lebih besar daripada pengeluarannya dan terus menumpuk uang pada kasnya. Perusahaan seperti ini biasanya memiliki keunggulan kompetitif jangka panjang.

Pada saat-saat market atau bursa dengan krisis / crash, kita dapat melihat kas dan setara kas ini untuk mendapatkan ide apakah perusahaan akan bertahan melewati krisis atau tidak. Jika kita melihat perusahaan memiliki kas dan setara kas yang besar dan tidak atau sedikit saja hutang, perusahaan tersebut akan memiliki peluang yang besar untuk dapat melewati masa-masa sulit tersebut. Tapi jika perusahaan hanya memiliki sedikit kas serta memiliki timbunan hutang yang besar, bisa diibaratkan kondisinya seperti kapal yang bocor sedang berada di dalam badai. Bahkan manager terbaikpun tidak dapat menyelamatkan perusahaan tersebut. Cash is King when troubled times hit.

Tes simpel untuk melihat kas dan setara kas adalah dengan melihat pos ini dalam tujuh tahun kebelakang. Hal ini akan menunjukan kepada kita, apakah kas perusahaan berasal dari siklus operasional perusahaan atau kas besar hanya karena satu dua even seperti penjualan saham, obligasi, atau penjualan sebagian bisnis. Jika kita melihat perusahaan secara konsisten memiliki uang kas yang besar dengan sedikit atau tidak ada sama sekali hutang, tidak ada penjualan saham atau aset, dan kita melihat secara konsisten perusahaan menghasilkan pertumbuhan earning, maka kemungkinan besar kita melihat perusahaan dengan keunggulan komptitif jangka panjang yang akan memberikan kita keuntungan yang besar terhadap investasi kita jika membeli sahamnya dan menyimpannya dalam jangka panjang. 

Kamis, 03 September 2015

LAPORAN NERACA - Gambaran Umum

Mengapa laporan neraca penting juga dilihat untuk mengetahui apakah sebuah perusahaan memiliki keunggulan kompetitif jangka panjang atau tidak? Karena pada laporan neraca ini kita dapat melihat berapa banyak aset yang dimiliki perusahaan - baik kas maupun properti - dan berapa banyak uang dalam bentuk piutang dan hutang, baik dengan vendor maupun dengan bank.

Laporan neraca tidak seperti laporan rugi/laba. Jika pada laporan rugi/laba adalah laporan perusahaan pada satu set periode tertentu, misal satu tahun atau satu semester, maka laporan neraca adalah posisi keuangan perusahaan pada satu hari terntentu. Jadi laporan neraca bisa dikatakan snapshot keadaan finansial perusahaan pada hari laporan neraca tersebut dibuat. Biasanya dibuat pada tanggal 31 Desember atau tanggal terakhir masa laporan keuangan perusahaan.

Laporan neraca terbagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama adalah aset, yang terdiri dari banyak macam seperti kas, piutang, persediaan, bangunan, peralatan dan perlengkapan. Bagian kedua adalah hutang dan modal.

Pada bagian hutang, kita akan menemukan 2 kategori hutang, yaitu hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Hutang jangka pendek artinya hutang perusahaan yang jatuh tempo paling lama satu tahun. Yang termasuk kategori ini hutang usaha dan hutang jangka pendek. Sedangka hutang yang jatuh tempo lebih dari satu tahun masuk dalam kategori hutang jangka panjang. Contohnya hutang bank dan hutang obligasi.

Pada laporan neraca, bagian pertama harus sama dengan bagian kedua. Sehingga jika kita mengurangkan aset dengan hutang, maka kita akan menemukan nilai bersih dari bisnis tersebut, yang mana sama dengan jumlah modal perusahaan. Apa yang hendak kita cari dan analisa dari laporan neraca ini? Kita akan bahas satu persatu bagian dari neraca pada kesempatan berikutnya.


contoh neraca

Senin, 31 Agustus 2015

3 Sektor Usaha Yang Memiliki Prospek Bagus di Indonesia Yang Akan Datang

Jakarta -Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengungkapkan sejarah perekonomian Indonesia selama 70 tahun, banyak pelajaran yang bisa didapat. Ia mencontohkan kejatuhan harga minyak dunia sudah pernah terjadi pada era 1980-an. 

Saat itu, harga minyak jatuh hingga di bawah level US$ 10 per barel. Indonesia yang saat itu mengandalkan ekspor minyak bumi sebagai sumber utama pendapatan negara cukup terpukul. Sedangkan saat ini harga minyak sudah turun dari beberapa tahun lalu yang mencapai US$ 100/barel menjadi US$ 40/barel.

"Sejarah mengajarkan kita harga minyak pernah di bawah US$ 10 per barel waktu tahun 1980-an. Waktu itu APBN kita tergantung pada PNBP migas, sampai kondisi memaksa kita melakukan perubahan," tutur Bambang dalam Seminar 'Perekonomian Indonesia dari Masa ke Masa' di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (31/8/2015).

Setelah jatuhnya harga minyak dunia itu, Indonesia melakukan perubahan struktural dalam perekonomian. Negara tak lagi mengandalkan pemasukan dari minyak bumi, sektor pajak dan sektor riil dibenahi. Pajak dan industri manufaktur menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang baru.

"Yang terjadi saat itu perubahan struktural ekonomi, yakni pajak direvitalisasi karena APBN saat itu sangat bergantung pada PNBP migas. Sektor riil mulai dikembangkan karena harga minyak fluktuatif, maka harus didorong manufaktur," ujarnya.

Dengan adanya perubahan tersebut, perekonomian Indonesia bertumpu pada industri manufaktur yang padat karya pada era 1990-an sampai krisis menghantam pada 1998, industri padat karya pun terpukul. 

"Manufaktur menjadi tulang punggung ekonomi sampai 1998," tukasnya

Sesudah 1998, ekonomi Indonesia tidak lagi berbasis migas ataupun industri manufaktur, tapi berbasis komoditas. Harga batu bara dan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) yang menanjak membuat penerimaan negara dari komoditas amat dominan. 

"Sesudah recovery (setelah 1998), ekonomi kita berbasis komoditas, batu bara dan sawit. Harga batu bara dan sawit memang luar biasa waktu itu," paparnya.

Namun, sama halnya dengan minyak bumi, harga komoditas tidak stabil, ekonomi Indonesia terganggu ketika harga komoditas anjlok. "Sejarah mengingatkan kita lagi, harga komoditas tidak selamanya tinggi, tidak berbeda dengan minyak. Kita terlambat mengantisipasi," ucapnya.

Sekarang, Indonesia sudah tak bisa lagi mengandalkan migas, manufaktur padat karya, dan komoditas. Harga minyak dan komoditas makin tak menentu. Sedangkan di sektor manufaktur padat karya, kini kondisi perburuhannya sudah jauh berbeda, tidak bisa lagi mengandalkan upah buruh murah seperti di era Orde Baru.

Pasca jatuhnya harga komoditas, menurut Bambang, ada 3 sektor yang bisa menjadi tumpuan ekonomi Indonesia di masa mendatang. Ketiga sektor ini diyakininya bisa membuat ekonomi Indonesia tetap tumbuh tinggi dalam beberapa tahun ke depan.

Pertama, adalah infrastruktur, dengan pembangunan infrastruktur besar-besaran yang dilakukan pemerintah saat ini, bisnis infrastruktur menjadi amat menjanjikan. 
"Ekonomi kita akan diwarnai infrastruktur. Infrastruktur lebih sebagai bisnis dari pihak swasta," kata Bambang.

Kedua, industri pengolahan berbasis sumber daya alam. "Sawit itu masa depannya sangat bagus tapi harus diarahkan ke industri pengolahan. Kita juga masih punya karet, kakao, kayu, belum lagi perikanan. Kita kan nggak mau cuma jual ikan mentah, harus diolah, dikalengkan. Smelter, industri besi baja, dan sebagainya yang bahan bakunya dari Indonesia sendiri itu bisa jadi industri masa depan," kata Bambang.

Ketiga, sektor industri yang pasar di dalam negerinya sangat besar, misalnya elektronika dan otomotif. Dengan pasar di dalam negeri yang besar, biaya produksi barang-barang tersebut bisa mencapai skala ekonomi sehingga biaya produksinya rendah, daya saingnya pun menjadi tinggi. 

"Pengolahan makanan juga sudah bisa diekspor, misalnya instan noodle, karena (pasar) domestiknya kuat jadi bisa kirim ke luar negeri," cetusnya.

Bambang berharap situasi sulit ekonomi saat ini dapat memunculkan kebijakan baru yang memperbaiki struktur ekonomi Indonesia sehingga menjadi lebih kuat. 

"Sejarah mengajarkan kita dalam kondisi jelek biasanya akan muncul kebijakan bagus. Kita harus mencari acuan kebijakan ke depan, jangan ambil kebijakan yang dampaknya jangka pendek," tutupnya.

sumber : detik.com