Ketika perusahaan menjual produknya kepada pembeli, maka pembeli dapat membayar langsung secara tunai atau dengan term pembeliaan pembayaran mundur 30 hari setelah barang diterima pembeli. Banyak sekali term pembeliaan dalam dunia usaha, yang tidak akan saya jelaskan satu persatu di sini. Pada saat pembeli membayar dalam jangka waktu tertentu, maka pada perusahaan dicatat sebagai Piutang Usaha. Pada laporan keuangan biasanya dibuat Piutang Usaha, netto. Netto disini maksudnya Piutang Usaha tersebut dikurangkan dengan estimasi perkiraan Piutang usaha tersebut tidak terbayar karena adanya pembeli yang tidak dapat membayar hutang usahanya.
Piutang usaha, netto jika berdiri sendiri tidak banyak memberikan kita informasi mengenai perusahaan tersebut apakah memiliki keunggulan kompetitif atau tidak. Tapi data ini dapat memberikan informasi kepada kita perbedaan perusahaan pada industri sejenis yang kompetitif. Pada industri yang sangat kompetitif, beberapa perusahaan akan memberikan pelayanan kepada pembeli dengan term pembayaran yang sangat panjang, bahkan bisa sampai 120 hari. Hal ini akan membuat meningkatnya penjualan, yang akan diikuti dengan meningkatnya piutang usaha. Jika perusahaan menunjukkan rasio yang lebih rendah dari piutang usaha dibandingkan penjualan kotor terhadap perusahaan sejenis pada industri yang sama, kemungkinan besar perusahaan tersebut memiliki sesuatu yang tidak dimiliki perusahaan lainnya pada industri tersebut. Tentu saja hal tersebut merupakan keunggulan perusahaan tersebut dalam jangka panjang.
Untuk Biaya dibayar di muka dan aset lancar lainnya tidak akan kita bahas lebih jauh karena tidak banyak memberikan informasi untuk kita analisa lebih lanjut.
Seluruh aset lancar yang sudah kita bahas sebelumnya hingga hari ini, dinamakan total aset lancar. Angka total aset lancar ini sangat penting. Banyak analis yang menggunakan angka tersebut dan mengurangkannya dengan total hutang lancar. Tujuannya untuk mengetahui apakah perusahaan mempunyai aset lancar yang cukup untuk memenuhi hutang lancarnya. Para analis juga biasanya mengembangkannya dengan menghitung rasio antara aset lancar dengan hutang lancar. Jika angkanya lebih dari 1, maka menunjukkan aset lancar lebih besar daripada hutang lancar, yang artinya bagus. Sedangkan kebalikannya jika kurang dari 1 adalah jelek.
Tetapi ada hal yang menarik, perusahaan-perusahaan dengan keunggulan kompetitif jangka panjang yang dimiliki oleh Warren Buffett kebanyakan memiliki rasio dibawah 1. Moody's berada pada ratio 0.64, Coca-Cola 0.95, P&G 0.82. Yang mana jika kita menggunakan sudut pandang para analis keuangan, perusahaan tersebut akan kesulitan membayar hutang jangka pendeknya. Tapi apa yang sebenarnya terjadi, bahwa perusahaan-perusahaan tersebut memiliki laba bersih yang sangat luar biasa. Kekuatan laba bersih mereka akan membuat perusahaan tersebut memiliki banyak cara untuk membayar kewajiban jangka pendek mereka.
Laba bersih mereka yang luar biasa membuat perusahaan-perusahaan ini dapat membagikan deviden yang besar atau bahkan melakukan buyback sahamnya. Hal inilah yang terkadang membuat perusahaan-perusahaan ini memiliki aset lancar yang rasionya dibawah 1 terhadap hutang atau kewajiban lancar mereka. Tetapi selama laba bersih perusahaan tersebut konsisten powerful, maka kita tidak perlu khawatir dengan rasio tersebut.
Pembahasan kita mengenai Laporan Neraca, bagian Aset Lancar telah selesai. Pada kesempatan berikutnya kita akan membahas mengenai Aset Tidak Lancar pada bagian Aset Laporan Neraca. Sampai jumpa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar